Ciri Ciri Orang Alim Dalam Agama
Ciri Ciri Orang Alim Dalam Agama
Telah menceritakan kepada kami 'Affan berkata; telah menceritakan kepada kami Hammam berkata; telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Abu Ash Shiddiq dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang laki-laki telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, lalu ia bertanya agar ditunjukkan kepada orang yang paling alim dari penduduk bumi, maka ia pun ditunjukkan kepada seseorang. Setelah itu ia mendatanginya seraya berkata; 'Sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, maka apakah ia masih mempunyai pintu taubat? ' orang alim tersebut berkata; 'Ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, sungguh tidak ada pintu taubat lagi untuknya.' Beliau bersabda: "Maka ia mencabut pedangnya dan membunuh orang alim itu hingga genap seratus orang, lalu ia hidup dengan berdiam diri sesuai dengan kehendak Allah berapa lamanya. Setelah itu ia bertanya agar ditunjukkan orang yang paling alim dari penduduk bumi, maka ia pun ditunjukkan kepada seseorang. Kemudian ia berkata; 'Sesungguhnya ia telah membunuh seratus orang, maka apakah ia masih mempunyai pintu taubat? ' orang alim tersebut berkata; 'Siapakah yang bisa menghalangi engkau dari pintu taubat? Keluarlah engkau dari kampung yang engkau diami menuju kampung begini dan begini, lalu sembahlah Tuhanmu.'" Beliau bersabda: "Lalu ia pun keluar menuju kampung tersebut namun ajal datang menjemputnya hingga terjadilah pertengkaran antara malaikat yang bertugas untuk menyiksa dengan malaikat yang bertugas untuk memberi rahmat. Iblis berkata; 'Sesungguhnya ia belum pernah bermaksiat kepadaku sama sekali, ' malaikat pemberi rahmat berkata; 'Sesungguhnya ia keluar dalam keadaan telah bertaubat.'" Humaid mengklaim bahwa Bakr telah menceritakan kepadanya dari Abu Rafi'. Ia menyebutkan; "Lalu Allah mengutus malaikat hingga mereka menjadikannya sebagai penengah diantara mereka, " dan hadits tersebut kembali kepada hadits Qotadah; "malaikat tersebut berkata; 'Lihatlah kedua kampung tersebut, mana yang jaraknya lebih dekat, maka hitunglah ia sebagai penghuni dari kampung tersebut." Qotadah berkata; Lalu Allah mendekatkan orang itu kepada kampung yang baik dan menjauhkannya dari kampung yang buruk, lalu mereka pun mengikutkannya sebagai penghuni kampung yang baik tersebut." (Ahmad)
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan ia berkata: " Dikatakan bahwa ulama itu ada tiga, Pertama yaitu seorang alim yang mengetahui Allah, takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui perintah Allah, Kedua seorang alim yang mengetahui Allah, perintah-Nya subhanallahu wa ta'ala, dan takut kepada Allah, itulah alim yang sempurna, dan ketiga seorang alim yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengetahui Allah dan tidak takut kepada Allah, itulah alim yang fajir (lacur) ". (Darimi)
Telah menceritakan kepadaku Muhammad telah menceritakan kepada kami 'Abdush Shamad telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah dengan membonceng Abu Bakar. Abu Bakar adalah seorang yang sudah tua dan dikenali, sedangkan Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam masih muda dan belum dikenal. Anas Radiallahu 'anhu berkata; Maka datanglah seorang laki-laki kepada Abu Bakar seraya berkata; "Wahai Abu Bakar, siapakah laki-laki yang di hadapanmu ini?". Abu Bakar menjawab; "Dialah orang yang telah menunjukkan jalan kepadaku". Orang itu menduga bahwa yang dimaksud Abu Bakar adalah penunjuk jalan yang dilalui. Padahal yang sebenarnya adalah jalan kebaikan (Islam). Kemudian Abu Bakar menoleh, tiba-tiba ada seorang penunggang kuda yang menyusul mereka. Abu Bakar berkata; "Wahai Rasulullah, ada seorang penunggang kuda yang menyusul kita". Maka Nabi Allah menoleh lalu bersabda: "Ya Allah, sungkurkanlah ia ke tanah". Maka orang itu dipelantingkan kudanya. Lalu kuda itu berdiri sambil meringkik. Laki-laki itu berkata; "Wahai Nabi Allah, perintahkanlah aku apa saja yang engkau inginkan". Beliau berkata; "Tetaplah kamu di tempatmu sekarang, dan jangan biarkan ada seorangpun yang menyusul kami". Anas Radiallahu 'anhu berkata; Maka laki-laki itu berjuang di awal hari untuk melindungi Nabi Allah dan pada akhir hari dia menjadi tameng bagi beliau". Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam singgah di samping harrah, lalu mengirim utusan kepada kaum Anshar. Maka mereka datang menemui Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar, mereka memberi salam kepada keduanya. Mereka berkata; "berjalanlah kalian berdua dengan aman dan dipatuhi". Maka Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar menunggang tunggangannya sedangkan mereka mengelilingi keduanya dengan bersenjata. Sementara itu di Madinah sudah tersiar kabar bahwa telah tiba Nabi Allah, telah tiba Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka naik ketempat tinggi untuk melihat, lalu mereka berseru; "Nabi Allah telah tiba, Nabi Allah telah tiba". Beliau terus berjalan hingga singgah di samping rumah Abu Ayyub. Sesungguhnya ketika beliau sedang bercerita tentang keluarganya, 'Abdullah bin Salam mendengarnya. Saat itu dia sedang berada di kebun kurma milik keluarganya untuk memetik buahnya untuk mereka. Maka dia bergegas meletakkan apa yang sudah dipetiknya lalu datang mendengar dari Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian kembali kepada keluarganya. Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Manakah rumah keluarga kami yang terdekat?". Abu Ayyub menjawab; "Sayalah, wahai Nabi Allah. Ini rumahku dan ini pintuku". Beliau kemudian berkata: "Pergilah dan siapkanlah tempat untuk istirahat siang kami". Abu Ayyub berkata; "Bedirilah kalian berdua dengan barakah dari Allah". Ketika Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba, 'Abdullah bin Salam pun tiba, dia bertanya; "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah dan engkau datang dengan membawa kebenaran. Sungguh orang-orang Yahudi telah mengetahui bahwa aku adalah pemimpin mereka dan putra dari pemimpin mereka, orang 'alim mereka dan putra dari orang 'alim mereka. Panggilah mereka dan tanyalah kepada mereka tentang aku sebelum mereka mengetahui bahwa aku telah masuk Islam. Karena, bila mengetahui aku telah masuk Islam, mereka akan mengatakan kedustaan tentang aku yang tidak ada padaku". Maka Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus utusan kepada mereka, mereka pun datang dan menemui beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka: "Wahai sekalian kaum Yahudi, kecelakaan buat kalian. Takutlah kepada Allah. Demi Allah, yang tiada ilah yang berhak disembah melainkan Dia, sungguh kalian telah mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah yang benar dan aku datang kepada kalian dengan membawa kebenaran. Maka masuklah kalian kepada Islam". Mereka berkata; "Kami tidak mengetahuinya". Mereka mengatakannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak tiga kali. Beliau bertanya; "Siapakah 'Abdullah bin Salam itu di kalangan kalian?". Mereka menjawab; "Oh, dia adalah pemimpin kami dan putra dari pemimpin kami, orang 'alim kami dan putra dari orang 'alim kami". Beliau bertanya: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia telah masuk Islam". Mereka berkata; "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam". Beliau bertanya lagi: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia telah masuk Islam". Mereka kembali berkata; "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam". Beliau kembali bertanya lagi: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia benar-benar telah masuk Islam". Mereka tetap berkata; "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam". Beliau berkata: "Wahai Ibnu Salam, keluarlah temui mereka". Maka 'Abdullah bin Salam keluar seraya berkata; "Wahai, orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah. Demi Allah, yang tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia. Sungguh kalian telah mengetahui bahwa dia adalah Rasul Allah dan dia datang dengan membawa kebenaran". Maka mereka berkata; "Kamu dusta". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengusir mereka keluar. (Bukhari)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar -dan lafadh ini miliki Ibnul Mutsanna- mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam telah menceritakan kepadaku bapakku dari Qatadah dari Abu Ash Shiddiq dari Abu Sa'id Al Khudri bahwasanya Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu malahan menjawab; 'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima? ' Orang alim itu menjawab; 'Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.' Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata; 'Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.' Malaikat Azab membantah; 'Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.' Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata; 'Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.' Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.' Qatadah berkata; 'Al Hasan berkata; 'Seseorang telah berkata pada kami bahwasanya laki-laki itu meninggal dunia dalam kondisi jatuh terlungkup.' (Muslim)
Comments
Post a Comment